Polisi Prancis Buru Pembunuh Pria Muslim di Masjid

Jakarta – Sebuah desa di wilayah selatan Prancis diliputi kekacauan setelah seorang pria Muslim ditikam 50 kali hingga tewas di dalam sebuah masjid sesaat sebelum salat Jumat, sementara polisi terus memburu tersangka.

Polisi Prancis melanjutkan perburuannya akhir pekan ini terhadap seorang pria yang diduga membunuh seorang jamaah Muslim di dalam sebuah masjid di bagian selatan negara itu, yang diduga merekam serangan brutal tersebut di telepon seluler dan meneriakkan hinaan terhadap Islam.

Korban ditikam hingga meninggal pada Jumat pagi di desa La Grand-Combe, di wilayah Gard, Prancis selatan.

Menurut jaksa wilayah Abdelkrim Grini pada hari Sabtu seperti dilansir rfi , penyerang masih buron.

Meskipun motif kejahatan tersebut masih belum jelas, rekaman kamera keamanan dilaporkan menunjukkan tersangka melontarkan hinaan kepada “Allah” – kata dalam bahasa Arab untuk Tuhan.

Dalam sebuah posting di X, Masjid Agung Paris mengutuk serangan tersebut, menyebutnya sebagai “tindakan keji yang serius yang terjadi di dalam masjid, rumah Tuhan.”

“Kami mendesak pihak berwenang untuk menyelidiki kejahatan ini, untuk segera mengungkap motif dan keadaan yang sangat mengkhawatirkan ini, dan untuk menemukan pelaku, yang sedang diselidiki atas tuduhan pembunuhan,” kata mereka.

Perdana Menteri Prancis, François Bayrou, mengutuk penusukan tersebut, dengan menyatakan, “Kami berdiri di samping orang-orang terkasih korban, bersama para pengikut setia yang sangat terkejut. Sumber daya negara dikerahkan untuk memastikan bahwa pembunuhnya ditangkap dan dihukum.”

Kemungkinan Motif Islamofobia

Tersangka dikatakan telah merekam serangan itu di telepon genggamnya, merekam video yang mengerikan saat korban sekarat, yang kemudian ia kirimkan ke orang lain.

Orang tersebut mengunggahnya sebentar di media sosial sebelum segera menghapusnya.

Menurut sumber lain, tersangka telah diidentifikasi sebagai warga negara Prancis keturunan Bosnia, meskipun ia belum ditangkap.

“Tersangka tengah dikejar. Pihak berwenang menangani masalah ini dengan sangat serius,” kata jaksa Grini.

Ia menambahkan bahwa penyidik ​​masih membuka semua kemungkinan, termasuk kemungkinan bahwa serangan itu mungkin bermotif Islamofobia. Kantor kejaksaan antiterorisme Prancis sedang mempertimbangkan apakah akan mengambil alih kasus itu secara resmi.

Kejadian tersebut menggemparkan masyarakat

Korban dan pelaku penyerangan hanya berdua di masjid saat penyerangan. Setelah awalnya salat bersama, pelaku penyerangan tiba-tiba berubah menjadi kasar dan menusuk korban sebanyak 50 kali sebelum melarikan diri dari lokasi kejadian.

Tragedi tersebut baru diketahui kemudian pada hari itu ketika jamaah lainnya tiba di masjid untuk salat Jumat dan menemukan jasad korban.

Jaksa Grini mengatakan korban, yang diperkirakan berusia antara 23 dan 24 tahun, merupakan pengunjung tetap masjid tersebut dan terkenal di masyarakat.

Sebaliknya, penyerangnya belum pernah terlihat di sana sebelumnya.

Beberapa penduduk setempat menggambarkan korban sebagai seorang pemuda dari Mali, yang telah pindah ke desa tersebut beberapa tahun lalu dan telah menjadi anggota masyarakat yang sangat dihormati dan dicintai.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *