Jakarta – Lebih dari 1.500 warga Palestina di Gaza tewas sejak militer Israel melanggar gencatan senjata dan melanjutkan serangan pada pertengahan Maret, kata Kementerian Kesehatan Gaza pada Kamis, seperti dilansir Antara .
Kementerian menyatakan jumlah korban tewas telah mencapai 1.522 orang, sedangkan 3.834 orang lainnya luka-luka sejak 18 Maret.
Kementerian menambahkan bahwa sedikitnya 40 orang di daerah kantong itu tewas dalam 24 jam terakhir.
Pada tanggal 18 Maret, Israel melanjutkan pemboman di Jalur Gaza, dengan alasan bahwa kelompok perlawanan Palestina, Hamas, telah menolak usulan Amerika Serikat untuk memperpanjang gencatan senjata, yang akan berakhir pada tanggal 1 Maret.
Namun, berdasarkan kesepakatan sebelumnya, kedua pihak seharusnya memasuki tahap kedua negosiasi, dengan syarat Israel akan menarik pasukannya secara permanen dari Gaza sebagai imbalan atas pembebasan semua sandera.
Pasukan pendudukan Israel juga memutus pasokan listrik ke pabrik desalinasi di Jalur Gaza dan membatasi masuknya truk yang membawa bantuan kemanusiaan.
Sebagaimana dilaporkan Anadolu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pekan lalu berjanji akan meningkatkan serangan terhadap Gaza. Hal ini dilakukan untuk mendukung upaya rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengusir warga Palestina dari wilayah itu.
Lebih dari 50.800 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perangnya di daerah kantong tersebut.