Jakarta – Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mengecam keras pernyataan anggota Kongres Amerika Serikat Randy Fine yang menyerukan serangan nuklir ke Gaza.
Kelompok perlawanan Palestina menegaskan bahwa pernyataan Fine adalah “hasutan” untuk melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.
“Seruan ekstremis ini merupakan kejahatan besar dan mengungkap mentalitas fasis rasis yang mengatur pemikiran beberapa politisi Amerika,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, seperti dikutip Anadolu .
Hamas menganggap usulan anggota parlemen Republik itu melanggar hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa.
Hamas menekankan bahwa seruan Fine menghasut masyarakat untuk menggunakan senjata pemusnah massal terhadap lebih dari 2 juta warga sipil Palestina di Jalur Gaza.
Hamas juga menyatakan bahwa seruan “mengerikan” itu tidak akan melemahkan keyakinan atas keadilan perjuangan Palestina, tetapi “sekali lagi mengungkap wajah sebenarnya dari pendudukan dan para pendukungnya.”
Menanggapi pembunuhan dua staf kedutaan Israel di Washington, DC, Randy Fine dari Partai Republik mengusulkan di Fox News bahwa Gaza harus “dibombardir dengan nuklir” seperti Hiroshima dan Nagasaki selama Perang Dunia II.
Fine, seorang Republikan dari Florida, ditanya apakah penembakan yang fatal itu seharusnya memengaruhi negosiasi gencatan senjata di Gaza, dan ia menyiratkan bahwa Gaza harus dimusnahkan sepenuhnya sebagai respons atas penembakan itu, mirip dengan kota-kota Jepang selama Perang Dunia II.
Ia mengatakan bahwa dalam Perang Dunia II, “ Kami (AS) tidak menegosiasikan penyerahan diri dengan Nazi. Kami tidak menegosiasikan penyerahan diri dengan Jepang. Kami mengebom Jepang dengan bom nuklir dua kali untuk mendapatkan penyerahan diri tanpa syarat.”
“Hal yang sama juga harus terjadi di sini (Gaza),” katanya kepada Fox News .
AS menjatuhkan bom atom di kedua kota di Jepang selama Perang Dunia II, menewaskan sekitar 215.000 orang dalam beberapa bulan pertama berikutnya.
Genosida Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 53.822 warga Palestina dan melukai 122.382 lainnya sejak dimulai pada 7 Oktober 2023, menurut angka terbaru yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Gaza.